IPB Scientific Repository
https://repository.ipb.ac.id:443
IPB Scientific repository system captures, stores, indexes, preserves, and distributes digital research material.2024-03-19T13:08:58ZKajian Keberlanjutan Wilayah Perkotaan Pantura Jawa ditinjau dari Fenomena Penurunan Muka Tanah
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/142451
Kajian Keberlanjutan Wilayah Perkotaan Pantura Jawa ditinjau dari Fenomena Penurunan Muka Tanah
Handika, Rendi
Proses urbanisasi dan perkembangan perekonomian Pulau Jawa sebagian
besar di kota Pantai Utara Jawa (Pantura Jawa), akibatnya menimbulkan dampak
kerusakan lingkungan samakin parah. Salah satu kerusakan lingkungan di Pantura
Jawa adalah rentan terhadap penurunan muka tanah yang diakibatkan oleh aktivitas
alam maupun manusia. Penurunan muka tanah terjadi di kota Pantura Jawa dimana
penurunan tertinggi terjadi di Jakarta, Pekalongan, dan Semarang. Dampak
permasalahan ini adalah retaknya bangunan dan infrastruktur serta perluasan daerah
banjir rob, sehingga mengganggu aktivitas masyarakat. Untuk itu sangatlah penting
menyelidiki penurunan muka tanah dan faktor penyebabnya, serta menyusun
strategi adaptasi dan mitigasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai status
keberlanjutan wilayah Pantura Jawa terhadap fenomena penurunan muka tanah
berdasarkan laju penurunan tanah, identifikasi faktor penyebab, serta penilaian
aspek keberlanjutan. Hasil penilaian status keberlanjutan menghasilkan
rekomendasi strategi terhadap fenomena penurunan muka tanah.
Metode yang digunakan untuk mendapatkan laju penurunan muka tanah
adalah Permanent Scatterer Interferometric Synthetic Aperture Radar (PS-InSAR)
dengan data radar Sentinel-1A. Metode yang digunakan untuk mengidentifikasi
faktor kunci penyebab penurunan muka tanah adalah Matrix of Cross Impact
Multiplications Applied to a Classification (MICMAC). Selanjutnya untuk menilai
status keberlanjutan menggunakan metode Multiaspect Sustainability Analysis
(MSA) dengan inputan data tiga aspek utama pembangunan berkelanjutan yaitu
aspek ekologi, ekonomi dan sosial. Untuk rekomendasi strategi keberlanjutan
diperoleh dari hasil analisis penilaian aspek keberlanjutan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tiga kota Pantura Jawa masih
mengalami penurunan muka tanah dengan nilai rata-rata di Jakarta sebesar -5,64
cm/tahun, Semarang -4,48 cm/tahun, dan Pekalongan -4,26 cm/tahun. Faktor kunci
yang menyebabkan penurunan muka tanah adalah ekploitasi air tanah berlebihan
dan konsolidasi alami tanah aluvial. Hasil penilaian status keberlanjutan di tiga kota
Pantura Jawa, menghasilkan nilai indeks dibawah 50% di masing-masing kota yang
termasuk kategori kurang berkelanjutan. Dari penilaian menghasilkan faktor
pengungkit yang menjadi dasar rekomendasi strategi di setiap kota. Untuk wilayah
Jakarta adalah peningkatan kuantitas dan kualitas ruang terbuka hijau, penataan
kawasan peruntukan industri, dan penyediaan air bersih rumah tangga dan industri.
Di Pekalongan, strategi penerapan sumur resapan serta penyediaan pasokan air
permukaan untuk penduduk, sedangkan di wilayah Semarang adalah rehabilitasi
dan konservasi mangrove, pembangunan struktur tanggul dan bendungan, dan
pengawasan sumberdaya air tanah. Strategi-strategi tersebut sebagai upaya
menyusun langkah adaptasi dan mitigasi yang komprehensif dan efektif.; The process of urbanization and economic development on the island of Java
is mostly in the cities of the North Coast of Java (Pantura Jawa), resulting in
increasingly severe environmental damage. One of the environmental damages in
Pantura Jawa is that it is susceptible to land subsidence, which is caused by natural
and human activities. Land subsidence occurred in the city of Pantura Jawa, where
the highest subsidence occurred in Jakarta, Pekalongan and Semarang. The impact
of this problem is the cracking of buildings and infrastructure as well as the
expansion of tidal flood areas, thus disrupting community activities. For this reason,
it is very important to investigate land subsidence and its causes, as well as develop
adaptation and mitigation strategies. The aim of this research is to assess the
sustainability status of the Pantura Jawa region regarding the phenomenon of land
subsidence based on the rate of subsidence, identification of causal factors, and
assessment of sustainability aspects. The sustainability assessment produces
strategic recommendations regarding the phenomenon of land subsidence.
The method used to obtain the rate of land subsidence was Permanent
Scatterer Interferometric Synthetic Aperture Radar (PS-InSAR) with Sentinel-1A
radar data. The method used to identify key factors causing land subsidence was
the Matrix of Cross Impact Multiplications Applied to a Classification (MICMAC).
Next, to assess sustainability status, used the Multiaspect Sustainability Analysis
(MSA) method with data input on three main aspects of sustainable development,
namely ecological, economic and social aspects. Meanwhile, recommendations for
sustainability strategies are obtained from the results of the analysis of sustainability
aspect assessments.
The research results show that the three Javanese Pantura cities are still
experiencing land subsidence with an average value in Jakarta of -5.64 cm/year,
Semarang -4.48 cm/year, and Pekalongan -4.26 cm/year. The key factors causing
land subsidence are excessive groundwater exploitation and natural consolidation
of alluvial soil. The results of the assessment of sustainability status in three cities
in Pantura Java resulted in an index value below 50% in each city which was
included in the less sustainable category. The assessment produces leverage factors
that become the basis for strategy recommendations in each city. For the Jakarta
area, this is increasing the quantity and quality of green open space, structuring
industrial areas, and providing clean water for households and industry. In
Pekalongan, the strategy is to implement infiltration wells and provide surface
water supplies for residents, while in the Semarang area it is rehabilitation and
conservation of mangroves, construction of embankments and dam structures, and
monitoring of groundwater resources. These strategies are an effort to develop
comprehensive and effective adaptation and mitigation measures.
2024-01-01T00:00:00ZStrategi Peningkatan Pendapatan Nelayan Pancing Ulur untuk Kakap Merah di Kabupaten Lamongan, Jawa Timur
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/142450
Strategi Peningkatan Pendapatan Nelayan Pancing Ulur untuk Kakap Merah di Kabupaten Lamongan, Jawa Timur
Indriani, Lina
Ikan kakap merah merupakan salah satu ikan yang memiliki nilai ekonomis tinggi di Indonesia. Wilayah pendaratan ikan dengan komoditas hasil tangkapan utamanya ikan kakap merah di Kabupaten Lamongan salah satunya ada di Desa Kandangsemangkon, Kecamatan Paciran. Pendapatan nelayan ABK perikanan kakap merah masih tergolong rendah sehingga dapat memengaruhi tingkat kesejahteraan hidup. Usaha untuk memperbaiki kesejahteraan hidup salah satunya adalah tugas dari pemerintah. Pemerintah Daerah (Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Lamongan) sudah menyusun dan melakukan upaya untuk meningkatkan kesejahteraan pelaku usaha perikanan. Program yang telah diupayakan oleh pemerintah sampai saat ini belum mampu meningkatkan pendapatan nelayan, karena pada faktanya pendapatan nelayan masih rendah. Akibatnya jika pendapatan nelayan masih tergolong rendah, maka tingkat kesejahteraan dan kualitas hidup nelayan akan menjadi rendah juga, serta akan berdampak negatif terhadap pertumbuhan dan keberlangsungan ekonomi daerah. Oleh karena itu, pemerintah perlu rumusan strategi yang tepat untuk meningkatkan pendapatan nelayan. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan utama untuk merumuskan strategi peningkatan pendapatan guna memperbaiki kesejahteraan nelayan pancing ulur untuk kakap merah di Kabupaten Lamongan. Metode survei yang digunakan adalah purposive sampling dengan kriteria responden adalah nelayan ABK, pemilik kapal yang mampu menjawab. Hal ini diawali dengan mengetahui upah ideal untuk nelayan ABK dan mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi peningkatan penerimaan (revenue) nelayan. Data dianalisis secara deskriptif, selanjutnya strategi dirumuskan dengan pendekatan SWOT. Masalah yang diteliti pada usaha penangkapan ikan kakap merah di Lamongan adalah tentang kesejahteraan nelayan ABK kakap merah ditinjau dari aspek ekonomi untuk pemenuhan kebutuhan umum rumah tangganya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan dari sektor perikanan belum mampu untuk memenuhi kebutuhan hidup rumah tangga nelayan ABK. Perhitungan upah ideal berdasarkan penelitian ini senilai Rp3.280.052/bulan yang dihitung dari nilai rata-rata pengeluaran rumah tangga nelayan ABK sehingga yang dinilai dapat memenuhi kebutuhannya. Rata-rata pendapatan riil yang didapatkan nelayan ABK saat musim banyak aktivitas penangkapan ikan sebesar Rp3.380.388/bulan, sedangkan saat musim sedang aktivitas penangkapan ikan senilai Rp85.993/bulan. Berdasarkan hal tersebut upah yang didapatkan saat musim sedang aktivitas penangkapan ikan dan tidak melaut tidak cukup mencukupi kebutuhan. Perbedaan jumlah pendapatan tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor yang memengaruhi penerimaan (revenue) nelayan. Faktor-faktor yang memengaruhi penerimaan (revenue) nelayan diklasifikasikan menjadi tiga aspek yaitu biologi, sosial ekonomi, dan teknologi. Pengaruh dari aspek biologi yaitu musim penangkapan ikan yang tidak dilakukan sepanjang hari karena kondisi cuaca. Ditinjau dari segi faktor-faktor yang memengaruhi dari aspek sosial ekonomi adalah harga ikan yang tinggi saat produksi menurun, dan harganya rendah saat produksi meningkat, kemudian biaya operasional melaut yang tinggi. Faktor yang memengaruhi dari aspek teknologi yaitu kapal yang terbuat dari kayu dan memiliki kapasitas muat palka kecil dan alat tangkap yang dibawa nelayan terbatas. Strategi yang dirumuskan untuk peningkatan pendapatan nelayan ABK meliputi lima strategi. Pertama yaitu peningkatan mutu hasil tangkapan ikan dengan mengganti es balok dengan slurry ice. Kedua memfasilitasi penciptaan mata pencaharian alternatif bagi nelayan ABK sesuai dengan keahlian dan minat. Strategi ketiga yaitu mengendalikan jumlah ikan yang dipasarkan sesuai kebutuhan dengan menggunakan sistem resi gudang. Strategi keempat yaitu Pemerintah Daerah khususnya Dinas Perikanan dan Kelautan membantu menetapkan bagi hasil yang berkeadilan sesuai dengan peraturan yang ada yaitu menurut Undang-Undang (UU) Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 1964 tentang Bagi Hasil Perikanan dengan perubahan nelayan ABK mendapatkan 60% dari pendapatan bersih. Strategi kelima yaitu mengoptimalisasi jumlah tenaga kerja (nelayan) perkapal.; The red snapper is one of the fish product with high economic value in Indonesia. One of the fish landing areas with red snapper as the main catch commodity in Lamongan Regency is in Kandangsemangkon Village, Paciran Subdistrict. The income of red snapper fishers is still relatively low, which can influence their welfare level. Improving the fisher's welfare is one of the tasks of the local government. The Lamongan Regency Fisheries and Marine Agency has developed and undertaken efforts to improve the welfare of fishery business actors. The programs that the government has initiated have yet to be able to increase the income of fishers, particularly the crew fishers, still need to be increased. Thus, the level of welfare and quality of life of the fishers' families are still low, which will negatively affect the growth and sustainability of the regional economy. Hence, the government needs to formulate the right strategy to increase fishers' income. The main objective of this study is to formulate income enhancement strategies to improve the welfare of red snapper handline fishers in Lamongan Regency. The survey method used purposive sampling to collect the respondents' data. The respondents' criteria were crew fishers and boat owners who had the information related to the study. This study started with determining the optimal wage for a crew fisher and identifying the factors influencing the improvement of fishers' revenue. The data were analyzed descriptively, then the strategy was formulated using a SWOT approach. The main problem in the red snapper fishery in Lamongan is the welfare of the red snapper crew fishers to fulfill their household's basic needs. The study results indicated that fishers' income generated from fishing activities could not fulfill their household's basic needs. The ideal wage based on this research is IDR 3,280,052/month, estimated from the average fishers household expenditure, so they can meet their basic needs. The average real income of crew fishers during the high season of fishing activity amounted to IDR 3,380,388/month, while during the low season fishing activity was IDR 85,993/month. Based on this, the wages earned during the low season and offseason fishing activities need to be increased to meet the needs. The amount of income is influenced by fishers revenue factors. The fisher's revenue factors are categorized into three aspects, namely biology, socioeconomics, and technology. The biological aspect is related to the fishing season, which cannot be carried out throughout the year due to weather conditions. Socio-economic aspects are influenced by factors such as high fish prices when production decreases, low prices when production increases, and high operational costs of fishing. The influencing factors from the technological aspect are boats made from wood, having a small boat fish storage capacity, and the limited fishing gear carried by the fishers during fishing. Furthermore, the strategies for increasing the crew fishers' income consist of five factors strategy. First, the quality of fish catches was improved by replacing block ice with slurry ice. The second is to facilitate the development of alternative livelihoods for crew fishers based on their skills and interests. The third is controlling the amount of fish marketed as demanded using a warehouse receipt system. Fourth, the local government, particularly the Fisheries and Marine Affairs Agency, should establish equitable profit sharing based on existing regulations, National Act Number 16 of 1964 concerning Fisheries Revenue Sharing with improved crew fishers receiving 60% of net revenue from the catches. The fifth strategy is to optimize the number of crew (fishers) per boat.
2024-01-01T00:00:00ZPenentuan media kultivasi dan penambahan minyak zaitun sebagai induser pada produksi lipase oleh pseudomonas fluorescens
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/142449
Penentuan media kultivasi dan penambahan minyak zaitun sebagai induser pada produksi lipase oleh pseudomonas fluorescens
Faizal, Irvan
Lipase (EC. 3.1.1.3, gliserol ester hidrolase) telah banyak digunakan dalam industri detergen, keju, susu dan industri oleo- kimia. Lipase merupakan enzim yang menghidrolisis trigliserida menjadi asam lemak bebas dan gliserol.
Penelitian ini ditujukan untuk menentukan media kultivasi dan penambahan minyak zaitun sebagai induser pada produksi li- pase. Media yang dicobakan berupa Media Basal, Nutrient Broth, dan Skim Milk. Pada penelitian ini juga dilakukan identifikasi sifat-sifat lipase, yaitu sifat ekstra/intraselular enzim dan sifat stabilitas enzim terhadap penambahan B-Merkaptoetanol.
Penelitian dilakukan dengan memilih media kultivasi yang menghasilkan aktivitas lipase tertinggi, kemudian melakukan pengujian terhadap sifat-sifat lipase, memilih metoda isolasi terbaik dengan menggunakan media terpilih, dan melakukan penambahan minyak zaitun pada berbagai konsentrasi dengan menggunakan media dan metoda isolasi terpilih.
Lipase yang dihasilkan oleh Pseudomonas fluorescens bersifat ekstraselular dan tidak stabil dengan penambahan B-Merkaptoetanol. Pertumbuhan bakteri Pseudomonas fluorescens mengikuti per- tumbuhan biner dengan fase-fase pertumbuhan yang terjadi adalah fase lag, log, stasioner dan penurunan.
1994-01-01T00:00:00ZEksplorasi Cendawan Entomopatogen pada Berbagai Macam Rizosfer di Bogor yang Berpotensi Sebagai Agens Hayati Pengendali Serangga Hama
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/142448
Eksplorasi Cendawan Entomopatogen pada Berbagai Macam Rizosfer di Bogor yang Berpotensi Sebagai Agens Hayati Pengendali Serangga Hama
Sulihono, Dian Reno
Cendawan entomopatogen merupakan salah satu agen biologis yang dapat
digunakan untuk mengendalikan serangga hama. Untuk mendapatkan cendawan
entomopatogen ini, salah satunya adalah dengan cara mengisolasinya dari rizosfer
berbagai jenis tanaman. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk
mendapatkan jenis-jenis cendawan entomopatogen di rizosfer berbagai jenis
tanaman. Sampel tanah diambil dengan metode pengambilan systematic random
sampling dari perkebunan bambu dan cabai di Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Cendawan entomopatogen potensial diidentifikasi di Laboratorium Patologi
Serangga dan Laboratorium Nematologi, Departemen Perlindungan Tanaman,
Fakultas Pertanian, Universitas IPB, Bogor. Koleksi dan isolasi cendawan
entomopatogen dari tanah dilakukan dengan metode perangkap serangga yang
kemudian dimurnikan dan dikonfirmasi menggunakan metode postulat Koch.
Identifikasi cendawan entomopatogen dilakukan pada tingkat genus dengan
mengamati karakteristiknya secara makroskopis dan mikroskopis. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ada dua spesies cendawan entomopatogen yang memiliki
potensi tinggi untuk digunakan, yaitu Metarhizium anisopliae dan Metarhizium
robertsii.
2024-03-18T00:00:00Z