MT - Multidiciplinary Program
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/80
2024-03-28T11:28:35ZKajian Keberlanjutan Wilayah Perkotaan Pantura Jawa ditinjau dari Fenomena Penurunan Muka Tanah
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/142451
Kajian Keberlanjutan Wilayah Perkotaan Pantura Jawa ditinjau dari Fenomena Penurunan Muka Tanah
Handika, Rendi
Proses urbanisasi dan perkembangan perekonomian Pulau Jawa sebagian
besar di kota Pantai Utara Jawa (Pantura Jawa), akibatnya menimbulkan dampak
kerusakan lingkungan samakin parah. Salah satu kerusakan lingkungan di Pantura
Jawa adalah rentan terhadap penurunan muka tanah yang diakibatkan oleh aktivitas
alam maupun manusia. Penurunan muka tanah terjadi di kota Pantura Jawa dimana
penurunan tertinggi terjadi di Jakarta, Pekalongan, dan Semarang. Dampak
permasalahan ini adalah retaknya bangunan dan infrastruktur serta perluasan daerah
banjir rob, sehingga mengganggu aktivitas masyarakat. Untuk itu sangatlah penting
menyelidiki penurunan muka tanah dan faktor penyebabnya, serta menyusun
strategi adaptasi dan mitigasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai status
keberlanjutan wilayah Pantura Jawa terhadap fenomena penurunan muka tanah
berdasarkan laju penurunan tanah, identifikasi faktor penyebab, serta penilaian
aspek keberlanjutan. Hasil penilaian status keberlanjutan menghasilkan
rekomendasi strategi terhadap fenomena penurunan muka tanah.
Metode yang digunakan untuk mendapatkan laju penurunan muka tanah
adalah Permanent Scatterer Interferometric Synthetic Aperture Radar (PS-InSAR)
dengan data radar Sentinel-1A. Metode yang digunakan untuk mengidentifikasi
faktor kunci penyebab penurunan muka tanah adalah Matrix of Cross Impact
Multiplications Applied to a Classification (MICMAC). Selanjutnya untuk menilai
status keberlanjutan menggunakan metode Multiaspect Sustainability Analysis
(MSA) dengan inputan data tiga aspek utama pembangunan berkelanjutan yaitu
aspek ekologi, ekonomi dan sosial. Untuk rekomendasi strategi keberlanjutan
diperoleh dari hasil analisis penilaian aspek keberlanjutan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tiga kota Pantura Jawa masih
mengalami penurunan muka tanah dengan nilai rata-rata di Jakarta sebesar -5,64
cm/tahun, Semarang -4,48 cm/tahun, dan Pekalongan -4,26 cm/tahun. Faktor kunci
yang menyebabkan penurunan muka tanah adalah ekploitasi air tanah berlebihan
dan konsolidasi alami tanah aluvial. Hasil penilaian status keberlanjutan di tiga kota
Pantura Jawa, menghasilkan nilai indeks dibawah 50% di masing-masing kota yang
termasuk kategori kurang berkelanjutan. Dari penilaian menghasilkan faktor
pengungkit yang menjadi dasar rekomendasi strategi di setiap kota. Untuk wilayah
Jakarta adalah peningkatan kuantitas dan kualitas ruang terbuka hijau, penataan
kawasan peruntukan industri, dan penyediaan air bersih rumah tangga dan industri.
Di Pekalongan, strategi penerapan sumur resapan serta penyediaan pasokan air
permukaan untuk penduduk, sedangkan di wilayah Semarang adalah rehabilitasi
dan konservasi mangrove, pembangunan struktur tanggul dan bendungan, dan
pengawasan sumberdaya air tanah. Strategi-strategi tersebut sebagai upaya
menyusun langkah adaptasi dan mitigasi yang komprehensif dan efektif.; The process of urbanization and economic development on the island of Java
is mostly in the cities of the North Coast of Java (Pantura Jawa), resulting in
increasingly severe environmental damage. One of the environmental damages in
Pantura Jawa is that it is susceptible to land subsidence, which is caused by natural
and human activities. Land subsidence occurred in the city of Pantura Jawa, where
the highest subsidence occurred in Jakarta, Pekalongan and Semarang. The impact
of this problem is the cracking of buildings and infrastructure as well as the
expansion of tidal flood areas, thus disrupting community activities. For this reason,
it is very important to investigate land subsidence and its causes, as well as develop
adaptation and mitigation strategies. The aim of this research is to assess the
sustainability status of the Pantura Jawa region regarding the phenomenon of land
subsidence based on the rate of subsidence, identification of causal factors, and
assessment of sustainability aspects. The sustainability assessment produces
strategic recommendations regarding the phenomenon of land subsidence.
The method used to obtain the rate of land subsidence was Permanent
Scatterer Interferometric Synthetic Aperture Radar (PS-InSAR) with Sentinel-1A
radar data. The method used to identify key factors causing land subsidence was
the Matrix of Cross Impact Multiplications Applied to a Classification (MICMAC).
Next, to assess sustainability status, used the Multiaspect Sustainability Analysis
(MSA) method with data input on three main aspects of sustainable development,
namely ecological, economic and social aspects. Meanwhile, recommendations for
sustainability strategies are obtained from the results of the analysis of sustainability
aspect assessments.
The research results show that the three Javanese Pantura cities are still
experiencing land subsidence with an average value in Jakarta of -5.64 cm/year,
Semarang -4.48 cm/year, and Pekalongan -4.26 cm/year. The key factors causing
land subsidence are excessive groundwater exploitation and natural consolidation
of alluvial soil. The results of the assessment of sustainability status in three cities
in Pantura Java resulted in an index value below 50% in each city which was
included in the less sustainable category. The assessment produces leverage factors
that become the basis for strategy recommendations in each city. For the Jakarta
area, this is increasing the quantity and quality of green open space, structuring
industrial areas, and providing clean water for households and industry. In
Pekalongan, the strategy is to implement infiltration wells and provide surface
water supplies for residents, while in the Semarang area it is rehabilitation and
conservation of mangroves, construction of embankments and dam structures, and
monitoring of groundwater resources. These strategies are an effort to develop
comprehensive and effective adaptation and mitigation measures.
2024-01-01T00:00:00ZEkspresi Enzim Rekombinan MMLV-Reverse Transcriptase di Sistem Ekspresi Escherichia coli BL21 Menggunakan Metode Autoinduksi
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/142351
Ekspresi Enzim Rekombinan MMLV-Reverse Transcriptase di Sistem Ekspresi Escherichia coli BL21 Menggunakan Metode Autoinduksi
Handayani, Christina Vivid
Moloney Murine Leukemia Virus (MMLV) memiliki enzim transkripsi balik atau reverse transcriptase yang dapat mengubah RNA menjadi cDNA. Selama pandemi Covid-19, terjadi peningkatan permintaan reverse transkriptase yang merupakan komponen penting dari alat pendeteksi virus corona. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan mempelajari ekspresi enzim rekombinan Moloney Murine Leukemia Virus-Reverse Transcriptase (MMLV-RT) serta mendapatkan waktu dan media inkubasi optimum menggunakan metode autoinduksi.
Protein rekombinan MMLV-RT diproduksi di sistem ekspresi Escherichia coli yang telah disisipi plasmid pembawa gen MMLV-RT. Plasmid pD451-SR diregulasi dengan promotor T7 untuk mengekspresikan MMLV-RT. Beberapa penelitian terdahulu menggunakan isopropyl -D-thiogalactopyranoside (IPTG), namun dalam penelitian ini menggunakan laktosa yang memiliki harga lebih murah dibandingkan IPTG sehingga dapat mengurangi biaya produksi.
Sel inang E. coli BL21 ditransformasi dan dikulturkan dalam empat media autonduksi, yaitu media Luria Bertani, 2XYT, Imperial College, dan Terrific Broth. Protein rekombinan MMLV-RT diekspresikan paling optimum di media Imperial College dengan waktu inkubasi 96 jam. Protein MMLV-RT memiliki kelarutan yang baik berdasarkan uji solubilitas dan sebagian besar protein MMLV-RT terlarut pada fraksi supernatan hasil ekstraksi. Protein rekombinan MMLV-RT dipurifikasi menggunakan Immobilized Metal Affinity Chromatography (IMAC) dan mendapatkan konsentrasi sebesar 10,117 mg/mL. Aktivitas enzim MMLV-RT yang diproduksi dalam studi ini diuji dan menunjukkan aktivitas spesifik sebesar 629,4 U/mg.
2024-01-01T00:00:00ZAnalisis Lingkungan dan Ekonomi Penggunaan Air Suplesi pada Usaha Tani Tanaman Pangan di Kabupaten Bantul
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/140835
Analisis Lingkungan dan Ekonomi Penggunaan Air Suplesi pada Usaha Tani Tanaman Pangan di Kabupaten Bantul
Khafid, Mohammad Abdul
Sektor pertanian tanaman pangan di Kabupaten Bantul memiliki kontribusi
penting sebesar 13,64% terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).
Ancaman kekeringan hidrologis berdampak signifikan, menurunkan produktivitas
tanaman hingga rata-rata 59,97 Kw/Ha. Keterbatasan sumberdaya air, modal, dan
tenaga kerja mempersulit penggunaan air suplesi, mengakibatkan penurunan
penghasilan petani. Penelitian bertujuan untuk menganalisis karakteristik fisik dan
kimia tanah, pola tanam, biaya usaha tani, kesediaan membayar air suplesi, dan
strategi pengembangan di Desa Guwosari, Desa Sabdodadi, dan Desa Wukirsari.
Penelitian ini menggunakan metode analisis laboratorium, wawancara terstruktur,
Contingent Valuation Method, Regresi Logistik Ordinal, SWOT, dan QSPM. Hasil
penelitian menunjukan bahwa terdapat variasi karakteristik tanah terlihat dari
porositas tertinggi di Guwosari, berat volume lebih tinggi di Sabdodadi, dan
kandungan bahan organik sangat tinggi di Wukirsari. Pola tanam bervariasi,
dipengaruhi oleh musim tanam dan ketersediaan air. Biaya operasional pertanian
berbeda, dengan Sabdodadi memiliki keuntungan tertinggi. Analisis kontribusi
biaya air suplesi di Wukirsari mencapai 29,15% biaya produksi, dimana kesediaan
membayar air suplesi dipengaruhi oleh faktor luas lahan dan tingkat pendapatan
petani. Nilai kesediaan membayar untuk air suplesi di Wukrsari sebesar Rp.
116.833 dengan potensi keuntungan total dari layanan air suplesi selama satu
pembelian seluruh petani mencapai Rp 50.939.188. Evaluasi matriks EFE dan IE
mengidentifikasi potensi pengembangan usaha tani tanaman pangan lahan
kekeringan tinggi (Wukirsari), dengan fokus strategi pada peningkatan pengetahuan
petani dan mitigasi terhadap serangan hama. Strategi prioritas dalam
pengembangan usaha tani tanaman pangan lahan kekeringan tinggi dengan
perkembangan infrastruktur pertanian (5,28) dan kemitraan untuk memperluas dan
mendapatkan pangsa pasar (5,08).
2024-01-01T00:00:00ZTingkatan Mutu dan Penanganan Dingin Rantai Suplai Udang Windu di Pelabuhan Perikanan Selili Samarinda
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/139817
Tingkatan Mutu dan Penanganan Dingin Rantai Suplai Udang Windu di Pelabuhan Perikanan Selili Samarinda
Pratama, Andri
Kalimantan Timur memiliki potensi perikanan budidaya yang baik, salah satu komoditas unggulan yang menjadi primadona ialah udang windu (Penaeus monodon). Pada tahun 2016-2017 produksi udang windu mengalami peningkatan yaitu 38.905,2 ton menjadi 42.257,7 ton (Kementerian Kelautan Perikanan 2018). Salah satu wilayah yang memiliki budidaya udang windu yaitu berada di Kota Samarinda, proses budidaya dilakukan dibeberapa tambak yang berada di wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara, namun penjualan hasil panen didistribusikan ke Pelabuhan Perikanan Selili (PPI Selili) yang berada di Kota Samarinda. Pelabuhan ini merupakan pelabuhan tipe D yang umum dikenal dengan istilah pangkalan pendaratan ikan (PPI). Selain udang windu dijual di wilayah Kota Samarinda juga didistribusikan kebeberapa wilayah lainnya seperti Kota Balikpapan, Kota Bontang, Tenggarong, Kecamatan Muara Badak, hingga wilayah terjauh yaitu Kabupaten Kutai Barat tepatnya di Pasar Barong Tongkok Kecamatan Melak. Pendistribusian udang windu ke Pasar Barong Tongkok membutuhkan waktu 12 jam perjalanan dengan menggunakan mobil terbuka. Disamping panjangnya waktu perjalanan juga penanganan yang tidak baik dapat menurunkan mutu udang windu.
Pengiriman udang dengan menggunakan cool box membutuhkan penanganan yang khusus dengan melakukan pengawasan secara berkala mulai dari PPI Selili, Jasa Pengiriman, hingga Pasar Barong Tongkok sebelum terjadi nya penurunan mutu yang cukup besar pada titik akhir pendistribusian, mengingat komoditas yang diangkut ialah komoditas yang bersifat cepat rusak atau busuk (perishable food). Oleh karena itu penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis tingkatan mutu udang windu di PPI Selili dan Pasar Barong Tongkok, menganalisis proses penanganan muat dingin udang windu pada cool box dan risiko penanganannya PPI Selili selama pengiriman, serta menentukan strategi yang dapat diterapkan untuk menghindari kerusakan pada muatan dingin udang windu selama proses pengiriman.
Pengumpulan data lapangan dilakukan mulai dari bulan Juli hingga Agustus 2023 di Kota Samarinda mencakup area PPI Selili hingga Pasar Barong Tongkok. Secara umum, metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, kuisioner, observasi langsung, pengujian, dan studi literatur. Terdapat 3 (tiga) titik pengamatan yang dilakukan yaitu di PPI Selili Samarinda, Jasa Pengiriman, dan Pasar Barong Tongkok. Selama observasi lapangan juga dilakukan identifikasi terkait risiko penurunan mutu udang windu. Penilaian risiko dilakukan mengacu pada Formal Safety Assessment (FSA) dan Peta Kendali Mutu, dimana FSA dibagi yaitu identifikasi risiko, penilaian risiko, pengendalian risiko, dan rekomendasi pengendalian. Identifikasi risiko dan penilaian risiko yang menyebabkan penurunan mutu pada udang windu akan dikuatkan dengan pengujian organoleptik pada titik awal (PPI Selili) dan titik akhir (Pasar Barong Tongkok).
Berdasarkan hasil pengamatan, terdapat 9 aktivitas penanganan mulai dari PPI Selili, Jasa Pengiriman, hingga Pasar Barong Tongkok. Potensi bahaya yang teridentifikasi sebanyak 69 potensi bahaya. Hasil penilaian risiko diketahui bahwa potensi risiko paling banyak berada di Jasa Pengiriman dengan kategori sangat tinggi dan tinggi, hal ini dikuatkan dengan pengujian organoleptik bahwa terjadi penurunan mutu yang selama proses transportasi berlangsung, ditambah dengan analisis peta kendali mutu yang menunjukkan kegiatan yang membutuhkan pengawasan ialah pada kegiatan yang berada di jasa pengiriman dikarenakan hampir mendekati batas Upper Control Limit (UCL). Pada peta kendali mutu diperoleh nilai UCL atau batas atas memiliki nilai sebesar 0,639 dan untuk nilai LCL atau batas bawah adalah 0,109.
Titik kritis yang menyebabkan penurunan mutu pada udang windu berada pada aktivitas di jasa pengiriman yaitu pada titik ke 7 dan titik ke 8 yaitu pada kegiatan pengiriman ke Melak Pasar Barong Tongkok (titik 7) dan proses menurunkan udang dilokasi bongkar (titik 8) telah mendekati UCL hal ini dikarenakan tingkat kerusakan atau cacat pada mutu diperoleh lebih banyak pada kegiatan transportasi dan distribusi dengan menggunakan truk terbuka. Selanjutnya menyusun rekomendasi dari pengendalian yang telah dilakukan yaitu dengan subtitusi, eliminasi, rekayasa teknik, administrasi. Hal yang dapat implementasikan sebagai strategi dalam penanganan udang windu. Pertama, secara berkala melakukan sosialisasi dan membuat aturan terkait CPIB di PPI Selili serta pemantauan secara berkala terkait dengan proses penanganan dan aktivitas bongkar muat di PPI Selili. Kedua, secara teknis membuat jadwal operasional terkait pembersihan terhadap area bongkar muat baik sebelum dan setelah aktivitas dilakukan, mempersiapkan peralatan dalam kondisi bersih sebelum proses bongkar muat dengan memperhatikan keamanan produk dan pekerja yang melakukan bongkar muat, bagi jasa pengiriman dapat melakukan pengecekan unit secara berkala beserta kelengkapan alat dan kelayakan unit. Ketiga, selanjutnya bagi penerimaan produk di Pasar Barong Tongkok dapat diberikan pemahaman dengan sosialisai terkait dengan proses penanganan produk perikanan khususnya udang sesaat setelah tiba di lokasi, melakukan pembersihan meja penataan baik sebelum dan sesudah digunakan.
2024-01-01T00:00:00Z