UT - Technology and Management of Aquaculturehttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/1142024-03-29T00:46:35Z2024-03-29T00:46:35ZAplikasi pemanfaatan khitosan dalam peningkatan mutu cumi-cumi (Lligo sp.) asin kering di Muara Angke, Jakarta UtaraDwiari, Anton Sahduhttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/1439832024-03-27T07:47:15Z2003-01-01T00:00:00ZAplikasi pemanfaatan khitosan dalam peningkatan mutu cumi-cumi (Lligo sp.) asin kering di Muara Angke, Jakarta Utara
Dwiari, Anton Sahdu
Unit Pengolahan Hasil Perikanan Tradisional (PHPT) Muara Angke merupakan salah satu tempat pengolahan perikanan tradisional yang terbesar di Asia Tenggara dalam hal pengolahan ikan asin. Cumi-cumi (Loligo sp) asin kering merupakan salah satu produk yang dihasilkannya. Proses pengolahan cumi-cumi asin kering di Muara Angke pada saat ini banyak yang menggunakan larutan formalin sebagai bahan tambahan dalam proses penggaramannya, dimana formalin ini sangat berbahaya apabila digunakan dalam bahan makanan. Oleh karena itu, diperlukan alternatif pengganti formalin sebagai bahan pengawet. Kemajuan teknologi ekstraksi khitosan dari kulit udang merupakan produk yang sangat ekonomis dan luas penggunaannya, salah satu aplikasi yang penting dalam pengolahan hasil perikanan adalah dalam menghambat pertumbuhan jamur dengan pelapisannya pada ikan jambal roti sebesar 2% dan ikan teri asin. Penggunaan khitosan sebagai pengganti formalin merupakan hal baru yang perlu untuk dicoba diterapkan bagi para pengolah di Muara Angke.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juli 2003 bertempat di Sub Dinas PHPT Muara Angke, Jakarta Utara, Laboratorium Biokimia I dan Laboratorium Mikrobiologi Hasil Perikanan, Jurusan Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, serta Laboratorium Pangan dan Gizi, Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas aplikasi khitosan dalam meningkatkan mutu cumi-cumi asin kering dibandingkan dengan pengolahan yang menggunakan formalin yang dihasilkan oleh para pengolah di Muara Angke, yang dilihat dari aspek penghambatan kemunduran mutu serta nilai gizi selama penyimpanan…dst
2003-01-01T00:00:00ZPengaruh penggunaan bahan pengempuk daging alami terhadap mutu organoleptik, kimia dn fisik keripik Keong Mas (Pomacea sp.)Tjiptowiyono, Aydianihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/1439732024-03-27T07:39:05Z1995-01-01T00:00:00ZPengaruh penggunaan bahan pengempuk daging alami terhadap mutu organoleptik, kimia dn fisik keripik Keong Mas (Pomacea sp.)
Tjiptowiyono, Aydiani
Univer Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pemanfaatan keong mas menjadi bahan makanan olahan yaitu keripik serta tingkat penerimaan konsumen secara organoleptik. Dalam penelitian ini digunakan sumber enzim protease sebagai bahan pengempuk daging yaitu buah pepaya muda dan batang nenas matang sempurna, yang diharapkan dapat menghasilkan keripik keong mas yang renyah.
Metode penelitian dibagi menjadi 2, yaitu tahap pertama yang mencakup penentuan konsentrasi dan waktu kon- tak bahan pengempuk daging yaitu buah pepaya muda (jenis burung dan bangkok) dan nenas sebagai sumber enzim protease serta konsentrasi penambahan pewarna (kunyit). Sedangkan pada tahap kedua dilakukan pembuatan keripik keong mas dengan penambahan bahan pengempuk daging dan kunyit dengan konsentrasi dan waktu kontak berdasarkan hasil penelitian tahap pertama, serta pengukuran nilai-nilai organoleptik, fisik dan kimia keripik keong mas.
Pada penelitian tahap pertama penambahan bahan pengempuk daging adalah buah pepaya muda jenis burung, nenas dan campuran pepaya-nenas juga buah pepaya bangkok. Konsentrasi yang ditambahkan adalah 50, 75 dan 100 g/1 (berat bahan pengempuk per air perebus). Waktu kontak bahan pengempuk daging dengan daging keong mas adalah 15 menit dengan suhu 40°C untuk nenas dan 70°C untuk pepaya. Uji kekerasan obyektif daging keong mas dilakukan tiap 5 menit waktu kontak masing-masing penambahan bahan pengempuk untuk mempelajari proses keempukan daging keong mas akibat kontak dengan sumber enzim potease tersebut. Sedangkan konsentrasi penambahan pewarna (kunyit) adalah 0, 5 dan 10% (b/b).
Pengamatan yang dilakukan meliputi uji organoleptik, analisis kimia (air, abu, lemak, protein, asam amino dan protein larut garam), analisis fisik (kekerasan obyektif, pH dan aw) serta pengukuran sifat fungsional protein daging segar keong mas (daya serap air dan minyak)…dst
1995-01-01T00:00:00ZPenerapan teknik imotilisasi menggunakan acepromazine dalam transportasi kering Ikan Nila (Oreochromis niloticus) dengan pembedaan jenis kelaminTampubolon, Rio S. S. M.http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/1437052024-03-27T00:55:35Z2012-01-01T00:00:00ZPenerapan teknik imotilisasi menggunakan acepromazine dalam transportasi kering Ikan Nila (Oreochromis niloticus) dengan pembedaan jenis kelamin
Tampubolon, Rio S. S. M.
Transportasi ikan hidup adalah menempatkan ikan dalam lingkungan baru yang terbatas dengan lingkungan asalnya disertai perubahan-perubahan sifat lingkungan yang sangat mendadak. Salah satu cara yang dapat digunakan dalam proses transportasi ikan hidup adalah sistem transportasi tanpa media air dengan cara imotilisasi. Penggunaan bahan pemingsan (anestetik) ini ditujukan untuk mencegah atau mengurangi terjadinya stres yang berujung kematian pada ikan selama proses transportasi. Permasalahan yang terjadi pada transportasi kering dengan teknik imotilisasi yaitu bahan anestetiknya yang susah didapatkan dan harganya terlampau mahal. Bahan anestetik yang umum digunakan yaitu tricaine atau MS-222, bahan ini susah didapatkan dan harganya pun mahal sehingga perlu dicari bahan kimia lain yang dapat digunakan sebagai anestetikum, salah satunya adalah dengan menggunakan acepromazine (ACP).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan jenis kelamin antara ikan jantan dengan ikan betina selama proses pemingsanan dengan menggunakan acepromazine. Penelitian dilakukan dengan memasukkan 5 ekor ikan pada tiap perlakuan ke dalam larutan anestetikum yang telah dibuat. Setelah ikan teranestesi, kemudian ikan dipindahkan ke dalam wadah yang berisi air bersih untuk menyadarkan ikan kembali. Parameter yang diamati selama proses tersebut antara lain tingkah laku ikan selama proses pemingsanan, waktu onset, waktu pulih sadar, serta tingkat kelulusan hidup (survival rate) ikan. Tahapan ini dilakukan sebanyak tiga kali ulangan. Perubahan kualitas air juga diukur pada saat ikan dimasukkan ke dalam larutan anestetik dan setelah ikan pingsan.
Perlakuan perbedaan jenis kelamin dan perbedaan konsentrasi acepromazine yang diberikan dalam proses pemingsanan ikan nila memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap waktu onset dan waktu pulih sadar ikan nila. Pada parameter tingkat kelulusan hidup, hanya perlakuan penambahan acepromazine dengan berbagai konsentrasi yang memberi pengaruh berbeda nyata. Interaksi antara kedua perlakuan tersebut tidak memberi pengaruh yang nyata terhadap parameter yang diujikan.
Ikan nila jantan memiliki waktu onset yang lebih lama dibandingkan ikan nila betina, sedangkan ikan nila betina memiliki waktu pulih yang lebih lama dibandingkan ikan nila jantan. Hal ini disebabkan oleh kandungan lemak yang dimiliki ikan nila betina lebih tinggi dibandingkan ikan nila jantan, sehingga ikan nila betina lebih cepat pingsan namun membutuhkan waktu yang lebih lama untuk kembali ke kondisi normal. Konsentrasi acepromazine yang optimal sebagai zat anestesi ikan nila adalah 50 ppm dengan tingkat kelulusan hidup rata-rata 95,55%; waktu onset rata-rata 57,11 menit; dan waktu pulih sadar rata-rata 61,44 menit.
Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat direkomendasikan bahwa pembedaan jenis kelamin antara ikan jantan dan ikan betina diperlukan pada saat akan dilakukan proses transportasi ikan dalam keadaan teranestesi…
2012-01-01T00:00:00ZEkstraksi pigmen karotenoid dari limbah kulit udang dengan enzim bromelinDewi, Novi Handayanihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/1436852024-03-26T07:37:23Z1997-01-01T00:00:00ZEkstraksi pigmen karotenoid dari limbah kulit udang dengan enzim bromelin
Dewi, Novi Handayani
Udang beku merupakan salah satu komoditi ekspor yang diandalkan untuk menghasilkan devisa negara. Banyaknya komoditi ini juga mengakibatkan banyaknya limbah karena tidak semua bagian udang bisa diekspor. Limbah udang merupakan bahan baku yang cukup komersial untuk memproduksi pewarna alami karena mengandung pigmen karotenoid.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh pigmen karotenoid dari limbah kulit udang dengan ekstraksi menggunakan enzim bromelin.
Penelitian ini dilakukan dengan perlakuan konsentrasi enzim bromelin yaitu 1 %, 2%, 3% dan 4% dan waktu agitasi 12 jam, 24 jam, 36 jam dan 48 jam. Adapun analisa yang dilakukan meliputi rendemen, kadar karotenoid total, analisa proksimat serta kadar khitin.
Waktu agitasi dan konsentrasi enzim bromelin mempengaruhi kandungan rendemen dan kandungan pigmen karotenoid total. Rendemen yang dihasilkan berkisar antara 0,67 2,38% sedangkan kandungan pigmen karotenoid yang dihasilkan berkisar antara 312,47 - 628,14 µg/g.
Hasil analisa proksimat meliputi kadar air 3,55%; kadar abu 1,80%; kadar lemak 14,17% dan kadar protein 68,16%. Kadar khitin yang didapatkan yaitu 4,74%. Produk terbaik yaitu produk dengan konsentrasi enzim bromelin 4% dan waktu agitasi 48 jam dengan rendemen 2,38%, kadar karotenoid total 638,14 ug/g dan didukung dengan kadar air 3,55%, kadar abu 1,80%, kadar lemak 14,17% serta kadar khitin 4,74% yang rendah….
1997-01-01T00:00:00Z